Segala Sesuatu Butuh Proses

kata9.com-Segala Sesuatu Butuh Proses, Bermacam macam proses yang harus dilalui manusia, lembaga, organisasi menuju proses kemajuan, karena kesemuanya itu perlu diuji. Yang diuji bukanlah lembaga ataupun organisasi, tetapi manusia pelaksana yang diuji. Bagaimana manusia pelaksana ini bisa i melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya, agar jangan sampai berbuat dolim. ”Itaqu fitnatan la tusibanaladzina dholama minkum khosoh”, jangan sampai ada kedholiman, karena orang yang madhlum doanya makbul. Yang dholim satu orang tapi yang kena semuanya.

Gontorpun beproses, dari pertama kali pondok ini berdiri tahun 1926 dan mengajari anak-anak mengaji, shalat, bahkan mandi. Akhirnya berdiri Tarbiyatul Atfal, dan mendapat respon dari masyarakat yang baik sehingga berdiri banyak sekali TA yang lain. Tetapi tidak hanya sampai di sini. Kemudian dikirim KH Fanani ke Jogja ”Madrosatul Mubligin” dan KH Zarkazy ke Solo ”Manbaul Ulum” pulang ke Gontor dan pergi lagi ke Padang Panjang dan sebelum ke  Padang Panjang, di tempatkan di Pagar Alam, kemudian tinggal dan menjadi mubalig bersama KH Fanani, baru setelah mempunyai bekal yang cukup berangkat ke Padang Panjang untuk belajar.

Segala Sesuatu Butuh Proses

Setelah selasai belajar dengan berbagai pengalaman pendidikan yang banyak, kemudian menjadi sekertaris Pak Mahmud Yunus ikut memberikan kontribusi dalam berbagai karanagan Pak Mahmud Yunus, kemudian kembali lagi ke Gontor dan mendirikan KMI ”Kulliyatul Mualiminal Islamiyah”, sebagaimana pengalaman beliau di Padang Panjang, dengan perjuangan yang panjang maka berdirilah KMI  yang memisahkan santri laki-laki dari santri perempun, sebagai bentuk kaderisasi pemimpin, untuk benar-benar menciptakan pemimpin yang bermilitansi tinggi, dan yang bertugas untuk mengeluarankan perumpuan ketika itu adalah KH Soiman, mulai terasa ketika itu penjajahan Jepang, yang benar-benar kejam, semuanya dipaksa bekerja untuk kepentingan Jepang, ketika tahun 1942-1945 sehingga pondok santrinya sedikit.

Ketika itu makanannya hanyalah gaplek dan saya senderi yang mencarinya. Ketika masa kemerdekaan pada tahun 1947 pemberontakan PKI di Madiun, maka KH Zarkasyi dan keluarga pergi ke Kediri karena di Kediri banyak tentara Islam, sedangkan di Solo tentara Nasional, dan di Madiun terdapat tentara Komunis.  Akhirnya tertangkap juga dan hampir terbunuh, tetapi berhasil selamat karena pertolongan Pasukan Siliwangi. ومامكرالله والله خيرالماكرين

Setelah semuanya terjadi maka Indonesia mulai benar-benar aman, ada Konfrensi Meja Bundar dan lainnya. Maka ketika itu di Manbaul Ulum, yang ketika itu bahasa arabnya baik, mulai terdengar oleh santri-santrinya bahwa ada pondok pesantren yang pengajarnya dari Mesir, sehingga mulailah para santri datang ke Gontor. Dari Kalimantan datang satu bus yang dan dibagi tiga, satu ke Gontor, yang lain ke Jombang di Tebu Ireng, dan Jogja di Madrosatul Mubalighin. Dari sini muncul Pak Idham Kholid dari Gontor sebagai salah satu pemimpin umat. Sedangkan Pak Fanani terus saja di Muhammadyah dan Pak Idhan kembali ke Gontor. Dan mulailah  berdatangan para santri ke Gontor, dari Kediri, Jakarta. Sedangkan saya masuk Gontor tahun 1956, dan mulai yang banyak masuk gontor hingga masjid tidak mencukupi untuk menampung santri ketika shalat.

Didirikan bangunan untuk menampung santri ketika shalat dan sebagian yang lain shalat di kelurahan dan di bawah pohon sawo. Maka ketika hujan banyak yang kembali ke kamar. Dan KH Zarkasyi selalu berkeliling untuk memeriksa barisan santri. Begitulah hingga sampai sekarang berkembang Gontor dan pada tahun 1967 terjadi huru-hara di dalam pondok, pemberontakan santri yang mendapat hasutan dari orang luar, beberapa tokoh harus ikut didalamnya, kalau tidak ikut diancam dan di takut-takuti. Seorang guru yang baru BA ”sarjana muda” karena diberi kekuasaan lebih sehingga melampaui batas sedangkan KH Sahal dan KH Zarkasyi mulai tua dan sakit-sakitan. Banyak anak-anak yang tinggal di rumah orang kampung.

Maka digali sumur untuk mengantisipasi anak mandi di rumah orang kampung, dan didirikan gedung, karena ternyata yang seperti ini merusak disiplin santri. Dari kejadian pemberontakan ini maka KH Zarkasyi tidak rela karena Yayasan,Pembayaran Santri, Dapur diperkarakan, Maka KH Zarkasyi mengusir seluruh santri dan guru, kecuali yang dipanggil kembali yang tidak terlibat dalam peristwa tersebut.

Setelah peristiwa tersebur Gontor  mulai meningkat, dan pada tahun 1975 KH Sahal wafat dan perjuangan pondok terus dilanjutkan oleh KH Zarkasyi sampai 1978, dan saya  datang tahun 1977,dan memulai dengan tangan besi, mengusir anak-anak yang tinggal di rumah orang kampung. Tapi banyak dari mereka yang baik  juga ketika sudah tua dan menyekolah anak mereka di Gontor  walaupun dulu mereka diusir.

 Maka dicukupi fasilitas dan kebutuhan para santri, sehingga tidak banyak yang tinggal di rumah orang kampung dan mulailah KH Zarkasyi pidato di masjid begitu juga saya sehingga para santri lebih memahami pondok, sistem dan nilai-nilainya, dan kegiatan pondok penuh dan mulai diadakan perkajum dan kegiatan-kegiatan lainnya  yang mampu membuat anak-anak kerasan tinggal di pondok, walaupun sedikit mengganggu belajar. Tetapi tidak sampai disitu, kegiatan yang penuh dipondok ini juga membuat keuntungan kopel dan kantin yang lainnya meningkat.

Akhirnya pembangunan dapat berjalan dengan uang yang dihasilkan para santri sendiri, dan fasilitas mulai terpenuhi. Tetapi para santri juga harus diperhatikan agar betah tinggal di pondok. Disiplin guru juga kita  ditingkatkan, para guru agar tidak pergi kewarung di sekitar Gontor karena setelah malam banyak guru yang pergi keluar, maka yang seperti ini diusir dengan naik kijang Biru. Bahkan ada yang kerjaannya yang menempelengi orang padahal dia DEMA, dan ini salah karena yang berhak menghakimi adalah pengasuhan dan bagian keamanan. Maka DEMA dipisah menjadi dua satu di DEMA dan satu lagi di Mabikori.

Banyak orang yang mengerti nilai-nilai Gontor ketika di luar, karena ketika di Gontor  tertutup oleh kepentingan pribadi. Dan pendidikan tidak akan pernah berakhir, sampai mati. yang dididik adalah saya, kamu, dan santri. Saya dididik oleh kamu dan permasalahan, kamu dididik dengan tugas dan kegiatan. Dan kita terus berdoa agar menjadi Alim dan Sholeh

Subscribe to receive free email updates: