Peran Agama Dan Budaya Islam Dalam Mendorong Perkembangan Iptek di Gontor

Kata9.com - Patut disyukuri bahwa akhir-akhir ini sikap dan pandangan berbagai kalangan terhadap dunia pesantren tampak semakin positif dan menggembirakan. Pemerintah, melalui Departemen Agama dan bahkan Departemen Pendidikan Nasonal, telah memberikan perhatian yang lebih serius terhadap keberadaan pesantren.[1] Demikian pula instansi-instansi pemerintah yang lain dan juga pihak swasta di luar dunia pesantren telah memberikan perhatikan kepada pesantren melalui berbagai dukungan terhadap program-program pesantren dan kerjasama-kerjasama. untuk menangani berbagai persoalan; baik di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Perhatian semacam ini memang sudah semestinya diterima oleh pesantren, sesuatu yang telah dilupakan dalam waktu cukup lama.

               Perhatian ini, di satu sisi, mampu memacu dunia pesantren untuk terus meningkatkan kinerjanya dalam mendidik para santri; pesantren tidak lagi menjadi sebuah institusi eksklusif yang immune terhadap perubahan, sehingga  dengan demikian pesantren sebagai lembaga pendidikan selalu kompatibel dan releven dengan perkembangan yang ada. Sementara di sisi lain, hal tersebut dapat menjadi “beban” bagi pesantren. Misi pesantren menjadi tumpang tindih, sebab ia tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang membina mental attitude dan mengajarkan ilmu-ilmu agama, karena banyak pihak yang mengharapkan pesantren juga mengajarkan aneka bidang ketrampilan praktis, misalnya pertanian, perkebunan, pertukangan,  perbengkelan, dll., yang pada berikutnya dapat mengubah orientasi pendidikan di dunia pesantren. Dengan masuknya, dan bahkan kadang dominannya, pelajaran ketrampilan ini, motivasi santri belajar di pesantren pun bisa ikut berubah. Bagi sebagian santri, belajar di pesantren  tidak lagi karena motivasi hendak menjadi kyai, ulama, atau tokoh agama, tetapi karena ingin menjadi ahli pertanian, pertukangan, perbengkelan, dst., yang tahu agama; ingin jadi petani yang tahu agama, tukang yang tahu agama, dll.
unida

             Karena itu, banyak pesantren yang bersikap hati-hati dalam menyikapi perkembangan dan perubahan yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan  prinsip dasar yang dipegangi dunia pesantren dalam melakukan perubahan, yaitu al-muhafazhatu `ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah. Perubahan diantasipasi dengan tetap berpegang kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar pesantren. Pada prinsipnya, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diselenggarakan untuk melahirkan “ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama”. Oleh sebab itu, prioritas pendidikan pesantren ditumpukan pada upaya-upaya pembentukan kader ulama di mana persoalan penanaman akhlak karimah dan ilmu-ilmu agama menjadi prioritas utama. Sedangkan hal-hal lain, terutama bidang-bidang ketrampilan praktis, hanya berfungsi sebagai pelengkap untuk kesempurnaan peran yang akan dimainkan oleh anak didik pesantren di masyarakat. Yang pertama adalah tujuan, sedangkan yang kedua adalah sarana dan pelengkap, bukan sebaliknya.
            Dalam frame inilah, kami berusaha memenuhi permintaan panitia penyelenggara seminar ini untuk menyampaikan pokok bahasan seperti tersebut pada judal makalah di atas.

B. AGAMA DAN BUDAYA: ISLAM DAN IPTEK


Dalam sejarah umat manusia, hubungan antara agama dan budaya didapati sebagai dua hal yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Banyak diyakini bahwa agama adalah fitrah manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat. Sejarah sosial manusia menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan agama yang merupakan bagian dari tabiatnya. Fenomena ini mendorong ilmu sosiologi untuk mendefinisikan manusia sebagai “makhluk beragama.” Dalam hal ini, seorang pakar peradaban yang kesohor, Malik bin Nabi, berpandangan bahwa setiap kali seseorang menyusup jauh ke jantung sejarah manusia, baik pada zaman kejayaan kebudayaannya, maupun pada tingkat yang masih primitif dari evolusi sosialnya, ia akan mendapati peninggalan di dalamnya yang menunjuk kepada adanya ide mengenai keberagamaan. Ilmu arkeologi mendapati bahwa dari celah-celah puing yang diungkapkannya ditemukan jejak-jejak peninggalan yang khas, yang oleh manusia purba digunakan untuk keperluan upacara keagamaan. Bagaimanapun bentuk upacara-upacara keagamaan itu, ternyata bahwa struktur bangunan, dari gua-gua tempat peribadatan pada zaman batu hingga zaman bangunan tempat-tempat ibadah yang megah, berjalan berdampingan dengan ide keagamaan. Ungkapan lebih tegas disampaikan oleh filosuf Perancis terkenal, Henri Bergson, dalam karyanya The Two Sources of Morality and Religion (1978:92), yang menyatakan:  “kita jumpai pada masa lalu dan sekarang masyarakat  tanpa sains, tanpa seni, dan tanpa filsafat. Tetapi kita tidak pernah menjumpai sebuah masyarakat tanpa agama.”
            Lebih jauh, Malik bin Nabi menjelaskan bahwa agama adalah katalisator (murakkib) peradaban; agama merupakan kekuatan independen yang mendasari eksistensi masyarakat dan menentukan budaya dan peradaban manusia. Untuk memperkuat gagasannya ini, Malik bin Nabi menunjukkan beberapa contoh dalam sejarah umat manusia, antara lain: 1) permulaan adanya Bait al-Maqdis atau Ka’bah adalah tanda adanya pemikiran agama pada masa lampau yang kemudian mendiptakan undang-undang, pola hidup, kebudayaan, dan peradaban masyarakat di sekitarnya; 2) di Barat, sejarah menunjukkan bahwa peradaban Barat tidak muncul lama kecuali setelah masuknya pemikiran agama Kristen pada orang-orang badui berketurunan Jerman di Eropa Utara; dan 3) dalam sejarah Islam terbukti bahwa masyarakat Arab sebelum turunnya al-Qur’an adalah masyarakat badui yang hidup di padang pasir yang tandus, setelah al-Qur’an turun, lahirlah dari masyarakat badui ini sebuah peradaban yang agung dan mulia. Wahyu  yang merupakan inti agama Islam itulah yang dapat melahirkan revolusi masyarakat Arab Badui menjadi masyarakat elit dan berbudaya.
            Dari contoh terakhir yang dikemukakan Malik bin Nabi di atas, terlihat jelas kaitan Islam dengan kebudayaan.  Islam merupakan agama yang mendorong pemeluknya untuk melahirkan kebudayaan. Al-Qur’an dan  Sunnah sarat dengan pesan-pesan yang menggerakkan umat Islam untuk menciptakan kebudayaan, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu dimensi darinya. Untuk menyebut beberapa saja dari ajaran Islam yang menjadi faktor pendorong lahirnya kebudayaan,  marilah kita ikuti uraian  Pak Natsir dalam karyanya Kebudayaan Islam dalam Perspektif Sejarah (1988:47-52).

1.  Penghormatan terhadap akal
Islam menghormati akal mausia dan memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya guna meneliti dan memikirkan alam semesta. Dalam hal ini Allah SWT berfirman (artinya):
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.(Q.S. 3:190)

Ayat ini dilanjutkan:
“Mereka yang mengingat Allah sambil berdiri dan atau duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka.”(Q.S. 3:191)

Dalam sebuah Hadis disebutkan (artinya): “Agama itu ialah akal, tidak ada agama bagi seseorang yang tidak berakal.”
2.  Kewajiban menuntut ilmu 
Islam mewajibkan umatnya, baik laki-laki maupun wanita, untuk menuntut ilmu. Allah SWT berfirman (artinya):
 “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(Q.S.58:11)

Dalam Hadis Nabi disebutkan (artinya): “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” Dalam Hadis lain disebutkan (artinya): “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahad.”
3.  Larangan bertaklid buta
Agama Islam melarang para pemeluknya untuk bertaklid buta, menerima sesuatu tanpa diperiksa walau dari siapapun datangnya. Dalam hal ini Pak Natsir menyitir Surat al-Isra’:36, yang berbunyi (artinya):
 “Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendenran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

4.  Anjuran berinisiatif
Ajaran Islam menggalakkan pemeluknya untuk berinisiatif, merintis jalan yang belum ditempuh, mengadakan dan menciptakan hal-hal baru yang belum ada sebelumnya yang dapat memberi manfaat keduniaan bagi kehidupan umat manusia. Nabi SAW bersabda (artinya):
 “Barangsiapa yang memulai sesuatu hal (keduniaan) yang baik, baginya pahala sebanyak pahala orang yang mengerjakan hal itu, sampai hari kiamat.”

5.  Memperhatikan hak keduniaan
Ajaran Islam menyuruh umatnya mencari rida Allah dengan semua nikmat yang telah diterimanya, dan juga menyuruh mereka untuk mempergunakan hak-haknya atas dunia, sesuai dengan bimbingan agama. Allah berfirman (artinya):
 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan jangnlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(Q.S. 28:77)

6.  Dorongan melakukan akulturasi
Islam gemar terhadap para pemeluknya yang pergi meniggalkan kampung halaman,
menuju negeri lain untuk menyambung tali persaudaraan dan bertukar pikiran dan pengetahuan. Allah SWT berfirman (artinya):
“Maka apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atu mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”(Q.S. 22:46)

Ajaran-ajaran Islam semacam di atas telah mampu melahirkan dorongan yang kuat di kalangan umat Islam untuk mewujudkan kebudayaan yang maju. Sejarah kebudayaan Islam pernah mencatat kegemilangan yang dicapai oleh umat Islam di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tercatat nama-nama besar ahli sains muslim yang berjasa dalam mengembangkan IPTEK bukan saja bagi dunia Islam, tetapi bagi umat manusia secara keseluruhan, untuk menyebut beberapa di antara mereka adalah:  Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi (780-847),  Jabir ibn Hayyan,  Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria al-Razi (865-925),  Abu Ali Husain ibn Abdillah ibn Hasn ibn Ali Sina (980-1037),  Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni (973-1048),  dan Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitam (965-1039). Mereka tercatat sebagai ilmuwan-ilmuwan sangat berjasa dalam mengembangkan sains dan teknologi di bidang fisika, kimia, kedokteran, matematika, astronomi, geologi, zoolagi, botani, okultasi, dll.

C. PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR DAN IPTEK


Secara umum pesantren atau pondok bisa didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.” Definisi ini menunjukkan bahwa inti dari dunia pesantren adalah pendidikannya. Pendidikan di dunia pesantren yang berlangsung 24 jam dengan sistem asrama semacam itu mencakup suatu bidang yang sangat luas, yang meliputi aspek spiritual, moral-emosional, intelektual, sosial, dan termasuk juga aspek pendidikan fisik.
Dalam perjalanannya yang panjang, lembaga pendidikan pesantren telah berkiprah secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya; baik sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, sebagai kubu pertahanan Islam, sebagai lembaga perjuangan dan dakwah, maupun sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat. Karena itu, hingga kini, eksistensi pesantren tetap dipertahankan dan bahkan terus dikembangkan agar dapat meningkat kualitas dan kuantitas peran dan kontribusinya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa, lahir-batin dan dunia-akhirat.
            Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu dari sekian banyak pondok yang telah ikut andil dalam pembangunan bangsa ini. Andil Gontor ini terlihat dari peran para alumninya yang tersebar beragam dalam berbagai sektor kehidupan; baik dalam sekala regional, nasional, maupun internasional. Mereka ada yang menjadi ulama atau kyai, cendekiawan, pengusaha, pejabat sipil ataupun militer, politisi, da’i, guru, dosen, seniman, budayawan, dll. Selain itu, kini telah banyak alumni PMDG ini yang mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan pesantren di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Saat ini tidak kurang dari 160 pondok pesantren besar dan kecil yang telah didirikan dan dikelola oleh alumni PMDG yang tesebar di seluruh Indonesia, dan bahkan di luar negeri.

1. SEJARAH SINGKAT
Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal 1345/20 September 1926 oleh tiga bersaudara yang dikenal dengan sebutan “Trimurti”, mereka adalah K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fannani, dan K.H. Imam Zarkasyi. Saat ini Pondok Gontor telah berkembang hingga Pondok Modern Gontor VII; lima pondok putra dan dua pondok putri. Pondok Gontor juga memiliki perguruan tinggi yang didirikan sejak tahun 1963, yaitu Institut Studi Islam Darussalam (ISID).

2.  IDE TRIMURTI
Ide Trimurti adalah nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang mendasari seluruh proses pendidikan dan pengajaran di Gontor. Ide ini antara lain tertuang dalam Panca Jiwa, motto, orientasi, sintesa, dan falsafah pondok pesantren..
 a. Panca Jiwa Pondok
       Panca Jiwa Pondok Pesantren, sebagaimana yang telah dirumuskan dan  disampaikan oleh K.H. Imam Zarkasyi pada Seminar Pondok Pesantren seluruh Indonesia tahap pertama di Yogyakarta, 4-7 Juli 1965, yaitu:
        1) Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah. Kyai ikhlas dalam mendidik, santri ikhlas dididik dan mendidik diri sendiri, dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan.
2) Jiwa Kesederhanaan
Kehidupan di dalam pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju, dan pantang mundur dalam segala keadaan.

3) Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri ini tidak saja dalam arti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri—sebagai lembaga pendidikan—juga  harus sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kelangsungan hidupnya kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain.  
   4) Jiwa Ukhuwwah Islamiyyah
Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan keagamaan.  Ukhuwwah ini bukan saja selama mereka belajar di Pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan umat dalam masyarakat sepulang para santri itu dari Pondok.
  5) Jiwa Bebas
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar. Tentu saja kebebasan ini adalah bebas di dalam garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat.
b.      Motto
Motto pendidikan dan pengajaran di Gontor adalah berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas
d. Orientasi Pendidikan
Orientasi pendidikan di Gontor adalah kemasyarakatan, kesederhanaan, kaderisasi, dan lebih dari itu adalah ibadah thalabul ilmi.
e. Sintesa Unsur-unsur Pendidikan di PMDG
Pada awal pembukaan Pondok Gontor, para pendirinya telah mengkaji beberapa lembaga pendidikan terkenal dan maju saat itu. Mereka merumuskan suatu sintesa unsur-unsur utama  dari berbagai lembaga pendidikan yang diperhatikannya.
1) Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, dengan keabadian dan kepemilikan wakafnya.
     2) Pondok Syanggit di Afrika, dengan kedermawanan dan keikhlasan para                     pengasuhnya.
     3) Universitas Muslim Aligarh di India, dengan modernisasinya.
     4) Shantiniketan, di India, dengan kedamaiannya.
e. Falsafah
Falsafah yang mewarnai dan mendasari gerak dan aktifitas di Gontor adalah
         1) Falsafah Kelembagaan
a)        Pondok Modern Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan.
b)       Pondok adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan.
c)        Pondok itu milik umat, bukan milik kyai.
           2) Falsafah Kependidikan
a)       Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama.
b)       Hidup sekali, hiduplah yang berarti.
c)       Berjasalah tetapi jangan minta jasa.
d)      Mau dipimpin dan siap memimpin, patah tumbuh hilang berganti.
e)       Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja.
f)        Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami santri sehari-hari harus mengandung unsur pendidikan.
g)       Seluruh mata pelajaran harus mengandung pendidikan akhlak.
h)       In uridu illa al-ishlah.
i)         Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk sesamanya.
j)         Pendidikan itu by doing, bukan by lip.
k)       Perjuangan itu memerlukan pengorbanan: bondo, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane.
l)         I’malu fauqa ma ‘amilu.
m)     Hanya orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti perjuangan.
n)       Jadilah orang yang kaya iman, kaya ilmu, kaya budi, kaya jasa; biarpun miskin/kurang harta, asal jangan miskin budi, miskin jasa, miskin hati; syukur jika kaya harta pula.
       3) Falsafah Pembelajaran
a)         Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri.
b)        Pondok memberi kail, tidak memberi ikan.
c)         Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.
d)        Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk ibadah dan amal.
e)         Pelajaran di Pondok: agama 100% dan umum 100%.

3.      ORGANISASI
Seluruh organisasi di Gontor didirikan untuk memperlancar dan menjamin keberhasilan pendidikan dan pengajaran di dalamnya. Lembaga tertinggi di Gontor ialah Badan Wakaf, yang bertanggungjawab secara menyeluruh atas pelaksanaan dan perkembangan pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern. Untuk tugas dan kewajiban keseharian lembaga ini dijalankan oleh Pimpinan Pondok sebagai mandataris Badan Wakaf yang membawai seluruh lembaga di Gontor dan bertanggungjawab kepada Badan Wakaf  Pondok Modern Gontor.
Lembaga-lembaga yang berada di bawah Badan Wakaf, antara lain:

   a.  Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

Kulliyatu-l-Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) didirikan tanggal 19 Desember 1936, sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tingkat menengah.

 b.  Institut Studi Islam Darussalam (ISID)

Institut Studi Islam Darussalam (ISID) berdiri tanggal 1 Ramadan 1383 / 17 Nopember 1963, sebagai rintisan awal menuju terwujudnya cita-cita Universitas Islam Darussalam yang menjadi pusat pendidikan Islam yang bermutu dan berarti. Saat ini ISID mempunyai 3 fakultas: Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pengajaran Bahasa Arab, Ushuluddin dengan jurusan Perbandingan Agama dan jurusan Aqidah dan Pemikiran Islam, dan Syari’ah dengan  jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum dan jurusan Ekonomi Islam.

c.  Pengasuh Santri
Pengasuhan santri adalah lembaga yang mendidik dan membina langsung sebagian kegiatan ko-kurikuler dan seluruh kegiatan ekstra-kurikuler santri tingkat menengah (KMI) dan santri tingkat perguruan tinggi (ISID).
 d. Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) yang menangani alumni atau eks-santri yang tersebar di seluruh Indonesia dan di luar negeri.
 e. Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM) yang bertugas menggali dana untuk memenuhi sarana dan prasarana serta berbagai kebutuhan lain demi berlangsungnya proses pendidikan dan pengajaran di Pondok.
f. Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) La Tansa yang  mengupayakan usaha-  usaha untuk mencukupi segala kebutuhan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran melalui pendirian berbagai unit usaha yang tergabung dalam Koperasi Pondok Pesantren ini (saat ini mempunyai 20 unit usaha)

4.  KURIKULUM

Sebagaimana pondok pada umumnya, Pondok Gontor mandiri dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, karena itu kurikulumnya pun disusun secara mandiri. Materi ketrampilan, kesenian, dan olahraga tidak dimasukkan dalam kurikulum intra, melainkan menjadi aktivitas ekstra-kurikuler, agar para santri dapat lebih bebas memilih serta mengembangkan bakat sesuai dengan aktivitas yang ada.
     a. Intra-Kurikuler
Sebelum membahas item ini secara lebih lanjut, perlu dijelaskan lebih dulu mengenai program belajar dan jam belajar di KMI.
1) Program
Terdapat dua macam program yang ditempuh siswa di KMI PMDG: program
reguler untuk lulusan SD/MI, dengan masa belajar 6 tahun; dan program intensif
untuk lulusan SMP/MTs dan di atasnya, masa belajar 4 tahun (kelas 1-3-5-6).
2) Jam Belajar
Kegiatan intra kurikuler di KMI berlangsung dari jam 07.00WIB-12.50 WIB, dengan istirahat 2 kali: pertama jam 08.30-09.00 dan kedua jam 11.15-11.30. Waktu belajar itu dibagi menjadi 7 jam pelajaran, masing-masing mendapat alokasi waktu 45 menit, kecuali pelajaran jam ketujuh yang mendapat alokasi waktu 35 menit.
     3) Tujuan
Tujuan institusional umum dari kurikulum KMI adalah mencetak santri yang mukmin muslim, taat menjalankan dan menegakkan syari’at Islam, berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan negara.
      4) Isi
Kurikulum ini dapat dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut:
a)      Bahasa Arab (Semua disampaikan dalam Bahasa Arab): al-Imla’, al-Insya’, Tamrin al-Lughah, al-Muthala’ah, al-Nahwu, al-Sharf, al-Balaghah, Tarikh al-Adab, dan al-Khat al-`Arabi.
b)      Dirasah Islamiyah (kelas II ke atas, seluruh materi ini menggunakan B. Arab): al-Qur’an, al-Tajwid, al-Tauhid, al-Tafsir, al-Hadis, Mushthalah al-Hadis, al-Fiqh, Ushul al-Fiqh, al-Fara’idl, al-Din al-Islami, Muqaranat al-Adyan, Tarikh al-Islam, al-Mantiq, dan al-Tarjamah (Arab-Indonesia)
c)      Keguruan: al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (dengan B. Arab) dan Psikologi Pendidikan (dengan B. Indonesia)
d)     Bahasa Inggris (dengan B. Inggris): Reading and Comprehension, Grammar, Composition, dan Dictation,
e)      Ilmu Pasti: Berhitung, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika, dan Biologi.
f)       Ilmu Pengetahuan Sosial: Sejarah Nasional dan Internasional, Geografi, Sosiologi, dan Psikologi Umum
g)      Keindonesiaan/Kewarganegaraan: Bahasa Indonesia dan Tata Negarara
     5) Kegiatan KMI
Kegiatan yang dimaksudkan di sini tidak melulu bersifat intra-kurikuler, tetapi juga meliputi beberapa kegiatan ko-kurikuler yang ditangani oleh KMI. Kegiatan tersebut terdiri dari kegiatan harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan.
   a) Kegiatan Harian meliputi: (1) Supervisi proses pengajaran, (2) Pengecekan persiapan mengajar, (3) Pengawasan disiplin masuk kelas, (4) Pengontrolan kelas dan asrama santri saat pelajaran berlangsung, (5) Penyelenggaraan belajar malam bersama wali kelas, berlangsung dari jam 20.00-21.45.
b) Kegiatan Mingguan: (1) Pertemuan guru KMI setiap Kamis (Kemisan) untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama seminggu. Forum ini juga digunakan oleh Pimpinan Pondok untuk memberikan pengarahan dan menyampaikan program-program dan masalah-masalah Pondok secara keseluruhan, (2) Pertemuan ketua-ketua kelas (Jum’at malam).
c)  Kegiatan Tengah Tahunan yang meliputi ujian semester I dan II.
         d)  Kegiatan Tahunan
(1) Fath al-Kutub: yaitu latihan membaca kitab-kitab berbahasa Arab (terutama kitab klasik) untuk kelas V dan VI. Santri diberi tugas untuk membahas persoalan-persoalan tertentu dalam akidah, fiqih, hadis, tafsir, tasawwuf, dll., serta kemudian membuat dan menyerahkan laporan tertulis mengenai hasil kajiannya kepada guru pembimbing untuk dievaluasi. Kegiatan ini berlangsung seminggu.
(2) Fath al-Mu’jam:  latihan dan ujian membuka kamus berbahasa Arab untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan berbahasa Arab santri, terutama dalam mencari akar dan makna kosa kata.
(3) Manasik al-Haj: latihan ibadah haji bagi siswa baru, berlokasi di lingkungan kampus, di bawah bimbingan guru ahli.
(4) Amaliyat al-Tadris, yakni praktek mengajar untuk siswa kelas 6.
(5) Al-Rihlah al-Iqtishadiyah (economic study tour): orientasi tentang dan kunjungan ke dunia usaha dan kewiraswastaan, untuk menanamkan jiwa kemandirian dan kewiraswastaan kepada para santri.
(6) Penulisan karya ilmiah mengenai berbagai persoalan keagamaan dan kemasyarakatan dalam bahasa Arab.
 (7) Pembekalan wawasan mengenai berbagai persoalan untuk santri kelas 6 menjelang tamat belajar di KMI, yang meliputi:
              Orientasi tentang: dunia pers dan jurnalistik, belajar di perguruan tinggi, wawasan pengembangan kemasyarakatan, kepondokmodernan, perpustakaan, studi islam, dan metode dakwah.
              Ceramah dan dialog mengenai gerakan-gerakan Islam kontemporer di Indonesia.
              Penataran untuk mengajar TPA/Q.
    b. Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan ini sebenarnya tidak sepenuhnya bersifat ekstra, karena ada yang sebenarnya bersifat ko-kurikuler. Kegiatan ini ditangani oleh Pengasuhan Santri melaui Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Gerakan Pramuka. Kegiatan ini terbagi menjadi kegiatan harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan (lihat lampiran).
Semua kegiatan dalam berbagai bentuknya seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan satu kesatuan “kurikulum” yang tak terpisahkan yang mengatur seluruh kahidupan  santri  guna mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang dikehendaki. Dengan kata lain semua kegiatan yang ada memiliki nilai pendidikan dalam berbagai aspeknya, sehingga “segala yang dilihat, didengarkan, dirasakan, dan dialami oleh santri adalah untuk pendidikan”.

5.  PENGAJARAN DAN PEMANFAATAN IPTEK DI GONTOR
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsut pesat saat ini merupakan salah satu indikator terpenting dari pencapaian kegemilangan kebudayaan umat manusia di abad mutakhir ini. Perkembangan ini telah mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan bendawi manusia secara sangat memuaskan, sesuatu yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah. Tetapi persoalannya adalah bahwa kebutuhan manusia itu bukan hanya bersifat lahiriah-bendawi, manusia juga memerlukan sesuatu yang batiniah-maknawi, yang dapat memberikan makna pada kehidupannya. Di sinilah peran agama menjadi penting, karena kebermaknaan hidup itu hanya bisa diberikan oleh agama. Di sini pula pesantren, sebagai lembaga pendidikan keagamaan Islam, dapat menyumbangkan perannya dalam memberikan faktor penyeimbang bagi kepincangan hidup manusia modern yang mengalami kekosongan batin dan ketidakbermaknaan hidup.
      Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang mengemban misi mencetak kader-kader ulama calon pemimpin umat. Dalam konteks kekinian dan kedisinian ulama yang dilahirkan pesantren bukanlah sekadar ulama yang berakhlak karimah dan menguasai ilmu-ilmu agama dengan pengertian yang sempit. Sebab problem dan tantangan yang dihadapi oleh umat saat ini sudah sangat komplek yang memerlukan penanganan dengan menggunakan pendekatan yang berbagai. Problem-problem yang komplek tersebut tidak bisa hanya dihadapi dengan pendekatan doktrinal-teologis berdasarkan buku-buku daras keagamaan yang diajarkan di pesantren. Diperlukan pendekatan lain untuk melengkapi ketimpangan ini, yauitu pendekatan kultural-sosiologis. Untuk itu, diperlukan adanya integrasi antara kedua pendekatan tesebut untuk memperoleh penyelesaian yang lebih komprehensif. Di sini barangkali letak relevannya misi pesantren yang hendak melahirkan “ulama yang intelek.” Yakni sosok yang menguasai ajaran dan doktrin agama dan memahami ilmu-ilmu sosio-budaya.
Untuk kesempurnaan peran yang akan dijalankan oleh anak didik pesantren, tentu akan menjadi nilai tambah jika pesantren juga membekali santrinya dengan ketrampilan di bidang sains dan teknologi tertentu yang memang dibutuhkan dan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam.
Di Gontor, pengenalan dan pengajaran sains dan teknologi diselenggarakan di dalam kelas (pada jam belajar pagi) dan di luar kelas, bahkan porsi di luar kelas jauh lebih besar dibandingkan di dalam kelas. Sebagaimana disebutkan di atas, materi-materi administrasi, menejemen, akuntansi, ketrampilan, kesenian, dan olahraga tidak dimasukkan dalam kurikulum intra, melainkan menjadi aktivitas ekstra-kurikuler, agar para santri dapat lebih bebas memilih serta mengembangkan bakat sesuai dengan aktivitas yang ada.
a.Pengajaran IPTEK di kelas
Ilmu-ilmu dasar yang diajarkan secara formal pada pagi hari meliputi fisika, biologi, astronomi (ilmu falak), matematika, dan berhitung. Untuk mendukung keberhasilan pengajaran materi-materi itu, saat ini Pondok mempunyai laboratorium fisika dan laboratorium biologi.
Di samping ilmu-ilmu di atas, juga diajarkan ilmu-ilmu sosial yang meliputi psikologi umum, psikologi pendidikan, antropologi, sosiologi, geografi,  sejarah, dan  tata negara. Ilmu-ilmu bahasa juga diajarkan pada waktu pagi, meliputi bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia. Untuk pengajaran bahasa ini, Pondok mempunyai laboratorium bahasa.
b.Pengajaran IPTEK di luar kelas
Dalam kegiatan ekstra-kurikuler, santri diajari ilmu-ilmu menejemen, administrasi, dan akuntansi secara teoritis melalui diklat-diklat yang diselenggarakan oleh organisasi dan secara praktis dengan langsung menangani organisasi-organisasi santri yang cukup banyak jumlahnya; mulai dari menangani departemen-departemen dalam Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) yang merupakan induk organisasi santri dengan 20 departemen, organisasi kepramukaan dengan 11 andalan/bagian, organisasi kesenian dan kursus-kursus kesenian, organisasi kerajinan tangan dan kursus-kursus kerajinan tangan, klub-klub olahraga, organisasi-organisasi daerah/konsulat, organisasi asrama, organisasi dalam kursus-kursus bahasa, organisasi kelompok-kelompok kajian dan diskusi, organisasi penerbitan, dll.
Sedangkan materi-materi ketrampilan diajarkan melalui kursus-kursus yang ditangani oleh departemen-departemen tertentu dalam OPPM. Di antara kursus-kursus ketrampilan yang diselenggarakan adalah: kursus menjilid buku, sablon, merangkai bunga, merangkai  janur, membuat minuman limun, bengkel sepeda, fotografi, mengetik, komputer, maintenance komputer, menjahit, dan kaligrafi.
Ketrampilan mengelola media informasi dan komunikasi sederhana dalam berbagai bentuknya juga dipelajari oleh santri mulai dari menerbitkan majalah dinding mingguan oleh kelas,  asrama, klub diskusi, klub bahasa, klub olahraga, klub ketrampilan, dan infor pramuka; koran mingguan Darussalam Pos dan Ulul Albab; Buletin Mingguan “Pusaka”; Info Inti IKPM, terbit bulanan yang mengkover berbagai kegiatan Pondok dan IKPM-IKPM Cabang; sedangkan untuk 3 bulanan diterbitkan “Buletin IKPM” , yaitu info kegiatan Pondok dan IKPM pertiga bulan, dan diterbitkan juga majalah “Himmah” dan “Itqan”, dua media keilmuan santri. 
Sementara fasilitas informasi dan komunikasi yang disediakan oleh Pondok untuk memenuhi kebutuhan para santri adalah  telepon, fax, media cetak (koran dan majalah), dan internet.

6. Pondok Modern Gontor DAN Pembinaan Masyarakat Sekitar
Masyarakat sekitar yang dimaksudkan di sini adalah masyarakat yang berada dalam radius 10 KM dari Pondok Modern Gontor. Di samping mendidik dan mengajar santri di dalam kampus, Pondok juga memberikan perhatian terhadap pembinaan masyarakat sekitar. Upaya-upaya Pondok dalam hal ini dilakukan oleh guru-guru yunior dan senior serta para alumni yang telah berada di lingkungan masyarakat dan tetap menjalin komunikasi aktif dengan Pondok. Kegiatan ini dapat dikelompokkan menjadi tiga:
1.  Pendidikan dan Sosial-Keagamaan
a.       Pendirian pesantren-pesantren ala Gontor oleh alumni Gontor (5 pesantren).
b.      Pendirian sekolah-sekolah oleh guru dan atau alumni Gontor, dengan rincian 4 MTs, 2 MA, dan 1 SMP.
c.       Pendirian TPA dan TPQ (148 buah).
d.      Penyelenggaraan pengajian-pengajian baik untuk masyarakat umum seperti yang diselenggarakan pada setiap Ahad pagi, jam 06.00-07.00, dengan mengundang da’i-da’i dari daerah Ponorogo dan sekitarnya.  Adapun pengajian yang khusus diselenggarakan untuk para pekerja Pondok pada setiap Sabtu malam.
e.   Penyelenggaraan peringatan hari-hari besar Islam.
f.    Pendirian ratusan masjid dan musholla di sekitar Gontor.
g.   Pembinaan desa-desa tertentu, terutama di bidang pendidikan, keagamaan, dan ekonomi.
2.  Seni, Budaya, dan Olahraga
Hal ini dilakukan dengan memfasilitasi berbagai pagelaran kesenian, terutama reog dan gajahan, dan kompetisi-kompetisi olahraga dalam berbagai kesempatan semisal pada peringatan hari-hari besar Islam, acara-acara peringatan di Pondok, dan dalam berbagai kegiatan sosial yang diadakan oleh masyarakat bersama Pondok. Pondok juga melakukan pembinaan terhadap tokoh-tokoh paguyuban reog Ponorogo. Pondok juga menyediakan fasilitas olahraga kepada masyarakat berupa lapangan sepak bola dan Gedung Olahraga. Adapun penggunaannya telah ditetapkan berdasarkan jadwal yang ada.
      3.  Ekonomi
Pemberdayaan masyarakat sekitar dalam bidang ekonomi dilakukan melalui penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor pekerjaan di Pondok atau melalui  berbagai bentuk lainnya.  Dalam bahasa Pondok upaya sedemikian ini biasa diistilahkan sebagai “berkah Pondok untuk masyarakat sekitar”. Penyerapan tenaga kerja untuk berbagai sektor pekerjaan di Pondok saat ini melibatkan 402 orang dengan rincian sebagai berikut:
a.   215 pekerja bangunan
b.   17 pekerja kebersihan dan tambal sulam
c.   23 pekerja dapur umum santri
d.   36 pekerja dapur keluarga
e.     6 pekerja dapur guru
f.    22 pekerja unit-unit usaha
g.   15 pekerja kantin santri dan guru
h.   16 pekerja percetakan
i.    52 penggarap sawah milik pondok di Gontor dan sekitarnya
Di samping itu berkah Pondok untuk masyarakat juga berupa pelibatan masyarakat sebagai penyetor bahan-bahan dan penyediaan jasa dan sarana kebutuhan para santri. Mereka itu berjumlah 196 orang (80%-nya penduduk desa Gontor dan selebihnya dari desa-desa yang bersebelahan dengan Gontor) dengan rincian sebagai berikut:
a.   83 Penyetor kue, lauk-pauk, dan minuman untuk Kantin santri dan guru.
b.   31 Penyetor sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan untuk dapur santri dan guru.
c.   5 Pemasok beras untuk selep Pondok
e.        9 Penyewaan kendaraan (sepeda, motor, dan mobil)
f.        3 pemilik kedai fotokopi
g.       7 Tukang cukur
h.      46 Tukang ojek, kusir dokar, dan tukang becak.
i.         4 Tukang jilid buku.
j.         5 Pembuat kotak (almari) untuk santri.
k.       3 Penjahit 
Upaya lain yang dilakukan Pondok untuk membina dan memberdayakan masyarakat sekitar adalah dengan menjadi penyalur Kredit Usaha Tani (KUT) untuk para petani di desa-desa sekitar Pondok. 
Pondok juga memberi kesempatan kepada para petani di sekitar tanah-tanah pertanian milik Pondok untuk mengelola lahan pertanian tersebut dengan sistem bagi hasil. Di samping itu, di bidang pertanian, Pondok menyalurkan pupuk kepada para petani. Para petani membayar pupuk tersebut pada saat panen dengan harga dasar. Gabah hasil panen tersebut oleh para petani dijual ke Gontor.
Salah satu unit usaha Pondok yang berlokasi di desa Gontor, yaitu Usaha Kesejahteraan Keluarga (UKK), berfungsi sebagai penjual grosiran bagi para pemilik toko-toko di desa Gontor dan sekitarnya.
4.  Kesehatan.
Di bidang kesehata Pondok mendirikan Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM).  Di samping pelayanan kesehatan, kegiatan sosial BKSM lainnya dilakukan dengan pengobatan masal  dan khitanan massal untuk masyarakat yang diadakan secara insidentil.
5.  Stasiun Radio FM
Dalam rangka mendukung program-program Pondok untuk pemberdayaan dan pembinaan masyarakat sekitar, didirikanlah stasiun radio Suargo FM. Siaran Suargo (Suara Gontor) FM dapat menjangkau wilayah Ponorogo dan sekitarnya. Radio ini menjadi salah satu media komunikasi Pondok dengan masyarakat. Acara-acaranya meliputi pendidikan, dakwah, hiburan, informasi, dll.

Ketrerlibatan Pondok dalam membina dan memberdayakan masyarakat sekitar dalam berbagai wujudnya mendorong Pondok dan juga masyarakat untuk memanfaatkan teknologi tertentu; baik teknologi untuk menyediakan jasa oleh Pondok atau oleh masyarakat untuk Pondok, teknologi memproduksi jenis-jenis makanan atau minuman terutama yang dihasilkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi warga Pondok, teknologi pengelolaan media cetak atau elektronik untuk kepentingan santri maupun masyarakat, dll.

8. PENUTUP
Melihat pemaparan di atas, tampak bahwa penyikapan terhadap teknologi informasi dan komunikasi di Pondok Modern Gontor diwujudkan dalam bentuk penggunaan dan pemanfaatan perangkat-perangkat tersebut untuk memperlancar program-program pendidikan dan pengajaran. Penggunaan dan pemanfaatan itu dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya.
            Demikian. Terima kasih dan mohon maaf. Semoga bermanfaat.
            Wallahu a’lam bi al-shawab.

            Gontor, 17 April 2002


LAMPIRAN:

Kegiatan Ekstrakurikuler
     1)  Harian
NO
JAM
KEGIATAN
1
O4.00-05.30
1. Bangun tidur
2. Salat Subuh berjam’ah.
3. Penambahan kosa kata (Arab atau Inggris)
4. Membaca al-Qur’an
2
05.30-06.00
                        Olahraga
                        Mandi
                        Kursus-kursus bahasa, kesenian, ketrampilan, dll.
3
06.00-06.45
                        Makan pagi
                        Persiapan masuk kelas
4
07.00-12.50
Masuk kelas pagi
5
12.50-13.00
Keluar kelas
6
13.00-14.00
                        Salat Zhuhur berjama’ah
                        Makan siang
7
14.00-15.00
Masuk kelas sore.
8
15.00-15.45
1.      Salat `Ashar berjama’ah
2.      Membaca al-Qur’an
9
15.45-16.45
Aktivitas bebas
10
16.45-17.15
Mandi dan persiapan ke Masjid untuk jama’ah Maghrib
11
17.15-18.30
1.      Salat Maghrib berjama’ah
2.      Membaca al-Qur’an
12
18.30-19.30
Makan malam
13
19.30-20.00
Salat `Isya’ berjama’ah
14
20.00-22.00
Belajar malam bersama di kelas-kelas.
15
22.00-04.00
Istirahat dan tidur


      2) Mingguan
                
NO
HARI
KEGIATAN
1
Sabtu
Tidak ada perubahan dari jadwal harian
2
Ahad
Pagi hari seperti jadwal harian, malam hari, setelah Jama’ah `Isya’ ada latihan pidato (muhadharah) dalam Bahasa Inggris untuk kelas I-IV, kelas V acara diskusi, dan kelas VI menjadi pembimbing untuk kelompok-kelompok latihan pidato.
3
Senin
Tidak terdapat perubahan dari jadwal harian
4
Selasa
Pagi hari, sesetelah jama’ah subuh, latihan percakapan bahasa Arab/Inggris, dilanjutkan lari pagi wajib untuk para santri.
5
Rabu
Tidak ada perubahan dari jadwal harian
6
Kamis
Dua jam terakhir pelajaran pagi digunakan untuk latihan pidato dalam bahasa Arab. Siang, jam 13.45-16.00, dipakai latihan Pramuka. Malam hari, jam 20.00-21.30 ada latihan pidato dalam bahasa Indonesia.
7
Jum’at
Pagi hari ada kegiatan percakapan dalam bahasa Arab/Inggris dan dilanjutkan dengan lari pagi wajib untuk para santri. Setelah lari pagi diadakan kerjabhakti membersihkan lingkungan kampus. Selanjutnya acara bebas.


     3)  Tahunan
Di antara acara  tahunan yang sangat penting adalah penyelenggaraan Pekan Perkenalan Khutbatul `Arsy, yang bertujuan mengenalkan kepada santri kehidupan di PMDG secara menyeluruh. Acara-acara yang diadakan pada Pekan Perkenalan ini antara lain: pekan olahraga dan seni, Jambore dan Raimuna yang dihadiri oleh pondok-pondok cabang Gontor dan pondok-pondok yang dikelola alumni Gontor, aneka lomba dalam bidang ketrampilan dan ketangkasan, Kuliah Umum Khutbatul `Arsy tentang kepondokmodernan, dll.




1Melalui Kesepakatan Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama telah ditandatangani Surat Keputusan Bersama Nomor: 1/U/KB/2000 dan Nomor: MA/86/2000 tentang Pondok Pesantren Salafiyah Sebagai Pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Kedua Departemen ini juga telah memberikan perhatian serius terhadap nasib pesantren melalui usulan yang diajukan untuk revisi RUU Sisdiknas yang tengah disusun oleh satu tim di Komisi VI DPR RI. Versi usulan revisi RUU Sisdiknas tersebut menginginkan pesantren masuk ke dalam sistem pendidikan nasional. Terlepas dari sikap pro dan kontra dalam menanggapi masuknya pesantren ke dalam UU Sisdiknas, harus diakui adanya apresiasi yang menggembirakan dari pihak pemerintah dalam melihat dunia pesantren; sesuatu yang sebenarnya sudah semestinya, tetapi kenyataannya baru akhir-akhir ini diwujudkan.

Subscribe to receive free email updates: