Strategi Dan Pola Manajemen Pendidikan Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam pertama di Indonesia. Disamping sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga berfungsi sebagai lembaga dakwah, kemasyarakatan dan basis perjuangan dalam merebut serta mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dewasa ini di Indonesia telah ribuan pondok pesantren yang tersebar di seluruh pelosok nusantara dengan sekian corak dan macamnya. Namun demikian, pada dasarnya pendidikan pesantren dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern.



Dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, pesantren melaksanakan kegiatan pendidikan bagi santri selama 24 jam, sehingga wujudnya perlu dibela dan diperjuangkan.

Pendidikan pesantren dengan sekian unsur-unsur pokok yang ada didalamnya perlu dimenej  sedemikian rupa sehingga kegiatan yang ada lebih efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Unsur-Unsur Pesantren

Di dalam pesantren yang bercorak modern terdapat 9 unsur pokok, yaitu:
1. Kyai
2. Guru
3. Santri
4. Materi ajar
5. Sistem
6. Sarana dan prasarana/infrastruktur
7. Dana
8. Kegiatan
9. Manajemen

1. Kyai
Dalam lembaga pendidikan pesantren, Kyai merupakan sentral figur bagi semua individu yang ada di pesantren. Disamping itu, Kyai juga tidak dapat terlepas dari tugasnya sebagai pendidik dan guru. Oleh sebab itu Kyai perlu wawasan dalam keilmuan, pengalaman, dan pemikiran, maka dengan singkat dapat menjadi uswah (suri tauladan) bagi semua individu di pesantren dalam segala aspek kehidupan.

2. Guru
Guru dalam pesantren merupakan unsur yang memiliki beberapa fungsi, antara lain:
a. Wakil dan pembantu Kyai
Dalam beberapa kegiatan, guru dapat mewakili membantu Kyai jika berhalangan atau diperlukan.
b. Sebagai kader
Guru dalam pesantren juga berfungsi sebagai kader pesantren dimana ia mengabdi, sehingga ia dituntut untuk mengetahui dan menguasai semua urusan pondok walaupun tidak harus melaksanakannya. Disamping itu guru juga menjadi kader masyarakat, sehingga jika ia pulang ke masyarakat tidak melalaikan tugasnya sabagai mundzirul qaum (pemberi peringatan) bagi masyarakat.
c. Sebagai pendidik/uswah
Guru dalam pesantren disebut juga sebagai santri senior, sehingga ia menjadi uswah  (suri taudalan) bagi santri yunior dalam berbagai aspek kehidupan.
  d.  Sebagai pengajar
Disamping menjadi pendidik, guru harus berkompetan dalam tuas pokoknya melaksanakan proses belajar mengajar dengan segala rangkaian kegiatannya, seperti:
1. Perencanaan
2. Kegiatan belajar mengajar
3. Penguasaan materi
4. Evaluasi

e. Sebagai manajer
Selain menjadi pendidik dan pengajar, guru dalam pesantren juga berfungsi sebagai manajer dalam berbagai kegiatan dengan sekup yang bervariasi, seperti: ketua panitia kegiatan, pembimbing asrama, dan kegiatan-kegiatan lain.

3. Santri
Sesuai dengan sejarah pesantren, bahwa munculnya lembaga pendidikan pesantren bermula dari adanya seorang Kyai, kemudian datang beberapa santri untuk belajar ilmu pengetahuan dari kyai tersebut. Karena banyaknya santri yang datang, maka rumah kyai tidak lagi cukup untuk menampung para santri. Maka timbullah inisiatif untuk membangun pondok di sekitar rumah Kyai tersebut. Dengan demikian yang mendirikan pondok sebenarnya adalah santri.
Seirimh dengan perkembangan zaman, Kyai sebagai manager pesantren harus memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan keperluan santri, di antaranya:
a. Asrama (tempat tinggal santri)
Kapasitas tinggal yang harus disediakan oleh pesantren harus disesuaikan dengan jumlah santri yang ada. Penempatannyapun harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi segi-segi negatif seperti unsur kedaerahan, stratafikasi sosial dll.

b. Sarana
Kehidupan santri di pesantren membutuhkan sarana-sarana yang harus dipenuhi, seperti:
1. Masjid sebagai pusat kegiatan.
2. Kelas sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
3. Kamar mandi/WC.
4. Pelajaran sebagai objek kegiatan belajar mengajar.

C. Kegiatan
Masalah kegiatan santri dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu:
1. Kegiatan intra kulikuler, yaitu kegiatan pondok pesantren yang diselenggarakan dalam kelas.
2. Kegiatan ekstra kulikuler, yaitu kegiatan pesantren yang diselenggarakan sebagai upaya peningkatan kemampuan santri baik dalam segi keilmuan, pengalaman, keterampilan, seperti: keorganisasian, kepramukaan, dan berbagai macam kursus.

4. Materi Ajar
Pesantren dengan berbagai corak dan ragamnya, pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu attafaqquh fiddin (memperdalam pengetahuan agama), sehingga materi ajarnyapun relatif sama, yaitu ilmu-ilmu agama, seperti: al-Qur'an dengan cabang-cabang ilmunya, al-Hadits dengan cabang-cabang ilmunya, fiqih dan usul fiqihnya dan sebagainya.
Namun sesuai dengan  perkembangan zaman, pesantren (yang bercorak modern khususnya) selalu mengikuti perkembangan zaman, sehingga materi ajarnya juga dapat berkembang dengan tanpa meninggalkan materi ajar yang pokok, sehingga materi ajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ilmu agama dan ilmu umum.

5. Sistem
Walaupun masing-masing pesantren memiliki sistem yang berbeda antara satu dengan yang lain, namun pesantren yang modern (pesantren masa depan) secara prinsipil menerapkan dua sistem yaitu:
a. Sistem Asuh
Sistem ini relative tidak berubah, yaitu sistem yang mengacu kepada sistem nilai yang direlevansikan dengan ajaran Islam,  sistem yang dipertahankan dari zaman ke zaman.
b. Sistem Ajar
Sistem ini diterapkan dengan pertimbangan perkembangan zaman dan tuntutan zaman di era industrialisasi, informasi dan globalisasi.

6. Sarana.
 Di dalam lembaga pendidikan pesantren, dibutuhkan sarana-sarana antara lain:
a. Masjid
Masjid di pesantreen merupakan sarana yang mutlak adanya sebagai tempat kegiatan santri dalam bidang inteektual.
b. Sarana/Problem
Asrama dalam pesantren merupakan rumah bagi para santri mutlak adanya. Sebagai sarana tempat tinggal sehatihari, sarama ini dilengkapi dengan kamar mandi dan WC
c. Sekolah/Kelas
Sekolah merupakan sarana tempat kegiatan belajar mengajar santri dalam bidang keilmuan dan pendidikan intelektual.
d. Balai Pertemuan
Dalam kegiatan-kegiatan atau event-event tertentu, Kyai membutuhkan sarana balai pertemuan sebagai sarana pendidikan santri secara menyeluruh/bersama-sama.
e. Dapur
Sarana ini merupakan sarana vital  bagi kehidupan para santri di lembaga pesantren sebagai sarana pemenuhan kebutuhan primer manusia.
f. Lapangan olahraga
Sarana yang dibutuhkan di lembaga pendidikan pesantren adalah lapangan olahraga sebagai saran pendidikan jasmani. Dengan sarana ini diharapkan para santri memiliki jasmani yang sehat sehingga dapat menuntut ilmu dengan lebih giat.

7. Dana
Dana merupakan unsur pentig dalam pengelolaan sebuah lembaga, pendidikan termasuk pesantren. Dana dalam kegiatan organisasi ibarat bahan bakar bagi kendaraan bermotor sehingga jalannya pendidikan pesantren juga tergantung pada dana.
Dari unsur dana ini, minimal terdapat dua hal yang perlu mendapatkan perhatian.
a. Sumber Dana
Untuk menunjang kemandirian pesantren, sumber dana/penggalian dana perlu direncanakan. Sumber dana baik yang bersifat tetap maupun isidentil.
b. Penggunaan Dana
Kebutuhan pesantren akan sarana dan prasarana memerlukan pelaksanaan dengam skala prioritas serta pengontrolan penggunaannya dari Kyai.

8. Kegiatan
Kegiatan pesantren sebagai lembaga dakwah dan kemasyarakatan, bahkan perjuangannya dapat dibagi menjadi 2 acam keiatan.
a. Kegiatan dalam pesantren (sebagaimana diuraikan diatas)
b. Kegiatan di luar pesantren, seperti:
1. Tabligh atau ceramah keagamaan.
2. Pembinaan sosial
3. Pembinaan lembaga-lembaga pendidikan seperti: TPA/TKA, madrasah, sekolah, dll.
4. Peringatan hari-hari besar islam.
5. Pembinaan ekonomi masyarakat.
6. lain-lain.

9. Manajemen
adanya banyak unsur yang ada di pesantren, seorang Kyai membutuhkan manajerial dalam memanage pesantren yang dipimpinnya. Secara garis besar manajemen yang diterapkan di pesantren terdiri dari 3 hal, yaitu:
a. Manajemen Personil
b. Manajemen Materil
c. Manajeman kegiatan

 Strategi Manajemen Pesantren
Memanaje pesantren adalah mengajar kehidupan. Oleh sebab itu dapat digunakan strategi sebagai berikut:
1. Open Management/Keterbukaan
Dengan penerapan sistem sistem open management, maka lembaga pendidikan pesantren akan mendapatkan keuntungan-keuntungan, antara lain:
a. Dipahami oleh orang/pihak lain
b. Mendapat kepercayaan dari fihak lain.
c. Terhindar dari fitnah dan salah faham

2. Kejujuran
Keberhasilan pendidikan pesantren juga ditentukan oleh kejujuran dari personil yang terkait dalam pesantren tersebut. Karena dengan berasaskan pada kejujuran ini, kecurangan, kebohongan, korupsi dan sebagainya dapat dihindari.

3. Kesungguhan
Kewajiban manusia dalam menuju kesuksesan adalah usaha dengan sekuat tenaga atau kalau perlu sampai tingkat mujahadah
ومن جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Namun usaha ini tanpa melupakan usaha batin yaitu berdoa kepada Allah SWT. karena Allah lah sebenarnya yang menentukan hasilnya.

4. Dilandasi oleh Panca Jiwa Peantren
Kehidupan dalam pesantren dijiwai oleh Panca Jiwa sebagai berikut:
a. Keikhlasan
Sepi ing pamrih (tidak karena didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu), semata-mata kerena untuj ibadah. Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan di Pondok Pesantren. Kiyai ikhlas dalam mengajar, para santri ikhlas dalam belajar, dan pembantu-pembantu pondok ikhlas dalam bekerja.
b. Kesederhanaan
Kehidupan dalam pondok diliputi suasana kesederhanaan, tetapi agung. Sederhana bukan berarti pasif dan bukan artinya kemelaratan dan kemiskinan. Tetapi mengandung unsure kekuatan atau ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan.
c. Berdikari
Didikan inilah yang merupakan senjataa idup ampuh. Berdikari bukan saja dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri tetapi juga pondok pesantren itu berdiri sebagai Kembaga Pendidikan tidak pernah menyandarkan kehidupannya pada bantuan atau belas kasihan orang lain.
d. Ukhuwah Islamiyah
Kehidupan di Pondok Pesantren diliputi suasana persaudaraan akrab, sehingga segala kesenangan dirasakan bersama dengan jalinan perasaan keaganaan. Ukhuwah ini, bukan saja selama dalam pondok pesantren itu sendiri, tetapi juga mempngaruhi kearag persatuan ummat dalam masyarakat sepulangnya dari pondok.
e. Bebas
Bebas dalam befikir dan bebuat, bebas dalam menentukan masa depannya, dalam memilih jalan hidup di dalam masyarajat kelak bagi para santri, dengan berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan sampai kepada bebas dari pengaruh asing/colonial.

5. Mengutamakan Pendekatan-Pendekatan: Manusiawi, program dan Idealisme
a. Pendekatan Manusiawi
Kyai dalam memanage guru dan santri hendaknya menggunakan Pendekatan manusiawi. Guru dan santri memiliki kebutuhan-kebutuhan sebagaimana layaknya manusia berupa kebutuhan-kebutuhanpsikologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
b. Pendekatan Program
Sebagai manager pesantren, Kyai hemdaknya memiliki program-program yang jelas, baik program jangka panjang menengah atau jangka pendek. Dengan adanya program ini Kyai dapat mendelegasikan tugas kepada fihak lain dengan jelas.
c. Pendekatan Idealisme
Dalam memanage personil, Kyai hendaknya berdasar pada idealisme sehingga penerima tugas akan mengerjakan tugas berdasarkan idealisme yang dimiliki, tidak bekerja asal-asalan.


Perubahan adalah hal yang tetap di muka bumi ini. Zaman terus berubah. Transformasi demi transformasi sosial terus terjadi. Maka pesantren sebagai lembaga pendidikan islam harus terus mengantisipasinya, dengan terus meningkatkan manajemennya sehingga dapa lebih berperan di masyarakat.

Subscribe to receive free email updates: